Monthly Archives: October 2010

Harris, Sang Manager Apartment

Haris atau Harris kalau di Indonesia adalah nama seorang laki laki yang gagah dan ngganteng dan tentu saja punya jabatan yang mentereng dan jadi pujaan hati setiap wanita. Tetapi kalau di Arab artinya adalah penjaga dan khususnya di Kuwait, Harris adalah nama yang umum dipakai untuk penjaga rumah atau apartment. Meskipun nama aslinya Akbar, Abdul atau Ridwan tetap saja panggilannya Harris. Tugasnya bukan cuma menjaga rumah/apartment saja tetapi juga bertanggung jawab terhadap kebersihan seluruh rumah/apartment. Tanggung jawab yang lain adalah mencuci mobil, membelikan sesuatu ke bakala (kios kelontong) terutama gallon air mineral yang berat dan segala macam urusan kecil yang umumnya penghuni rumah/apartment malas melakukannya seperti menyetrika pakaian atau tugas tugas yang perlu tenaga besar. Tentu kalau diminta oleh penghuni rumah/apartment dengan memberi tips dan biasanya kita beri tips bulanan bersamaan dengan waktu kita membayar sewa rumah/apartment.

Di Kuwait, untuk bayar sewa rumah/apartment biasanya cukup kita setorkan ke Harris ini saja tidak perlu harus langsung ke pemilik rumah/apartment. Itulah sebabnya kekuasaan Harris jauh melebihi pemilik rumah/apartment, kalau sudah mengatakan Laa (Tidak) maka kita tidak bisa apa apa untuk negosiasi ulang dengannya. Umumnya orang orang seperti ini sangat taat terhadap instruksi dari pemilik rumah/apartment. Sekali mengatakan Laa, maka seterusnya Laa dan tidak goyah sogokan apapun. Pernah saya minta tolong untuk ngecat salah satu dinding karena saya ingin warna lain, jawabnya cukup Laa…. Laaaa….Laaaaa dan saya sodori uang berapapun tetap saja Laaaaa !!!!. Saya cuma bisa ngloyor pergi sambil nyanyi La..La…La… Laaaaaaa!

Umumnya para Harris ini berasal dari Mesir meskipun ada juga beberapa yang berasal dari India, Pakistan atau  Bangladesh. Banyak yang rajin sekali dan terlihat dari rumah/apartmentnya yang kinclong tetapi ada juga yang tidak peduli degan kebersihan rumah/apartment yang dijaganya. Pagi pagi sekali, biasanya yang dilakukan adalah mencuci mobil para pelanggannya, pokoknya sebelum pemilik mobil berangkat kantor, mobil sudah harus bersih dan setelah penghuni rumah/apartment berangkat kerja baru mulai membersihkan halaman rumah/apartment, lift dan koridor setiap lantai apartment. Setelah itu baru mengerjakan tugas tugas khusus yang diamanatkan para penyewa rumah/apartment seperti membeli gallon air mineral, menyetrika baju, atau tugas tugas khusus lain misalnya membuatkan kandang burung.

Teman saya seorang engineer telekomunikasi yang setahun lalu bergabung di Kuwait mempunyai nama depan Haris dan dari dulu panggilannya Haris, tetapi beberapa hari lalu saya temui, benar benar sudah tidak mau lagi saya panggil Harris, mintanya dipanggil nama akhir saja yaitu Sugiarto atau cukup Sugi saja. Saya tidak tahu, kenapa namanya yang bagus pemberian orang tua tiba tiba tidak dipakai lagi di Kuwait. Barangkali ada pembaca blog ini yang tahu dan bisa memberi saran untuk teman saya tadi ?

Belanja Ngirit Di Mustafa Center Singapore

Ke Singapore mau cari oleh oleh dengan harga miring ? Jangan lupa ke Mustafa Center di Syed Ali Road di kawasan Little India. Mustafa Center adalah satu satunya tempat belanja di Singapore yang buka 24 Jam. Jadi gunakan waktu anda yang pendek di Singapore untuk jalan jalan ditempat lain dulu dan baru tengah malam saat toko toko yang lain tutup kita pindah tempat belanja di Mustafa Center. Tempat belanja ini saya kenal sejak saya masih tinggal di perumahan Chevron di Duri Riau bertahun tahun yang lalu karena merupakan tempat tujuan utama ibu ibu istri pegawai Chevron yang suntuk di ‘center of nowhere’. Kebetulan, setiap bulan pesawat perusahaan melakukan service di Singapore dan ibu ibu rame rame ikut tumpangan gratis ini.

Sekarang saya tinggal di Kuwait, saya biasanya transit di Singapore paling banter sehari semalam saja sehingga waktu harus benar benar dimanfaatkan. Pagi hari jalan jalan ke pasar di China Town, People Park, atau keluar masuk mall di Suntec City, Peninsula atau tempat tempat lain yang nggak perlu bayar.  Sore hari jalan jalan di Orchard Road yang namanya sangat terkenal dimana mana padahal sebenarnya cuma jalan yang penuh dengan pertokoan dan mall saja. Begitu sudah mendekati jam 11 malam dimana semua toko di Orchard sudah pada tutup semua baru saya pindah ke Mustafa Center naik taxi, dan seperti biasa antrian taxi dari Orchard panjangnya bukan main dan semua tujuannya sama Mustafa Center.
Sudah bisa ditebak dari lokasinya di Little India, sudah tentu toko besar ini milik pengusaha India Singapore. Namanya Mustaq Ahmad dan mulai membuka toko ini tahun 1971. Semula cuma toko pakaian saja, tetapi menurut sejarahnya pernah juga menjual mobil import sebelum akhirnya ditutup. Karyawannya saat ini lebih dari 1200 orang dan saat saya datang malam hari, banyak yang tidur tiduran dan tidur tiduran dipojok pojok yang jarang dilalui pengunjung, misal dibagian tas dan kopor dilantai 3.  Photo pegawai Mustafa yang sedang tidur disamping diambil dengan tergesa gesa dan sembunyi sembunyi, jadi hasilnya kabur.  Di bagian Tas dan Koper ini cukup menarik karena tas mahal dengan merek terkenal seperti Elle, Samsonite, Delsey, Louis Vuitton dan lain lain harganya jauh lebih murah dibanding di toko resminya di Plaza Singapore Orchard dan semuanya self service karena petugasnya tidur pulas. Buka sendiri, llihat bagian dalamnya lalu lempar keras keras agar petugasnya terbangun.
Kenapa saya anjurkan anda untuk beli oleh oleh di Mustafa Center dan saya sarankan untuk ‘ngempet’ atau menahan diri untuk beli oleh oleh di Orchard Road atau Sentosa ? Jelas karena harganya jauh sangat murah dibandingkan dengan barang barang di Orchard. Contohnya saja souvenir gantungan kunci dengan logo Merlion lambang negara Singapore, kalau belinya di Orchard paling banter dapat satu biji dan dengan uang yang sama di Mustafa bisa dapat satu set lengkap berisi 5 buah dengan kualitas yang sama. Jadi kalau ke Orchard atau Sentosa cukup nikmati saja pemandangan sekitar, bahasa awak cukup ‘Makan Angin’ saja.
Mustafa Center ini menjual berbagai macam barang, dan seperti supermarket umumnya yang dijual mulai dari cendera mata Singapore, kebutuhan sehari hari, jam dan perhiasan, HP dan elektronik, pecah belah, parfum, obat obatan, tas dan koper, pakaian dan lain lain. Total lebih dari 150000 jenis barang. Semua barang yang dijual sama dengan yang dijual di mall mall besar di Orchard atau Suntec City. Parfum semua asli, relative tidak ada barang palsu di Singapore cuma di Mustafa Center ini cara meletakkan barang cukup amburadul. Saya paling suka mencoba tester parfum karena bisa semprot sendiri tanpa diawasi, jadi keluar dari Mustafa langsung harum dan bisa kembali ke Airport untuk langsung terbang ke Kuwait. Sudah tentu ngorok sepanjang penerbangan karena semalaman tidak tidur, yang penting wangi sepanjang penerbangan pulang ke Kuwait. Silahkan belanja online di Mustafa kalau mau, websitenya http://www.mustafa.com.sg/.

Sepeda Sepeda ‘Londo’

Umumnya pembaca blog ini sudah ngerti semua bahwa Negara yang mayoritas penduduknya memiliki budaya bersepeda adalah Belanda dan China. Tetapi sebenarnya budaya bersepeda yang sampai saat ini tetap lestari adalah di Denmark, Belanda, Jerman, Bangladesh, China dan Jepang. Di Copenhagen dan Amsterdam tercatat 37 % sampai 40 % penduduknya menggunakan sepeda untuk aktifitas sehari harinya, baik ke kantor, sekolah, belanja atau sekedar bertandang ke rumah kawan.
Di Negara lain tentu juga banyak sepeda, tetapi cenderung pemakaiannya untuk tujuan ‘emosional’ sesaat saja, bukan dipakai sehari hari, misal ingin sehat secara nasional lalu diadakan acara bersepeda bersama setiap hari tertentu, bising dengan suara kendaraan bermotor dan terlalu banyak polusi maka jalan jalan utama tertentu ditutup dan hanya boleh digunakan untuk bersepeda saja, atau sekedar keliling kota bersepeda komunitas penggemar sepeda kuno. Sama sekali bukan dipakai sehari hari seperti halnya budaya bersepeda dinegara negara diatas.

Yang saya perhatikan dari beberapa ‘Negara Sepeda’ diatas, semuanya memiliki infrastruktur yang sangat bagus sekali untuk para pe’sepeda’. Jalan khusus untuk sepeda dibuat senyaman mungkin, kalau perlu jalan mobil dikurangi sampai benar benar nyaris habis. Paling tidak, pengguna mobil disiksa sedemikian rupa agar berputar jauh sekali dan diberi sangsi berat kalau seandainya memotong jalan sepeda. Hal ini sangat jauh sekali berbeda dengan di Indonesia dimana jalan mobil dilebarkan selebar lebarnya dan becak atau sepeda dilarang masuk kota.
Selain itu yang saya perhatikan dinegara sepeda tadi, jalan jalan raya tidak dilebarkan selebar lebarnya seperti di Indonesia dengan alasan melindungi bangunan bangunan kuno yang antik dan artistik. Itulah sebabnya, bangunan kuno di negara negara sepeda diatas masih terjaga kelestariannya meskipun jalan didepannya terasa sempit sekali dan terlalu padat sepeda pada saat saat jam berangkat kantor atau sekolah dan juga jam pulang kantor dan sekolah. Tua muda semua bersepeda dan tampak sudah benar benar membudaya sekali.

Tetapi bagaimanapun juga, saya tetap tidak setuju kalau Jakarta dijadikan kota sepeda. Alasannya, bersepeda di Jakarta sudah pasti berkeringat. Iklim dan cuaca di Indonesia terutama humidity atau kelembaban udaranya tidak sama dengan Negara Negara sepeda diatas. Di Indonesia humidity udara sangat tinggi sekali yang menyebabkan makan nasi padang saja bisa berkeringat, apalagi naik sepeda.
Jadi salah besar kalau anda bermimpi mengubah Indonesia menjadi Negeri Sepeda, pasti banyak yang tidak setuju. Tahu sendiri kan, bagaimana reaksi penduduk Jakarta ketika harus berbagi jalan dengan busway, di Belanda mobil harus berbagi jalan dengan sarana umum seperti trem atau kereta api, sepeda dan public transport yang diutamakan. Jadi berbahagialah pemilik mobil di Indonesia karena jalan untuk mobil pribadi di Indonesia lebih lebar dan panjang dibanding sarana umum seperti bussway.
Saking banyaknya sepeda, masalah tentu juga semakin rumit karena tidak mudah bagi pemilik sepeda untuk menandai atau mencari sepedanya di tempat parkir. Kalau kita naik sepeda motor atau mobil tidak mungkin parkirnya ditumpuk tumpuk sehingga mudah mencarinya kembali. Tetapi kalau sepeda jelas sangat susah sekali mencarinya kalau diparkir ditempat umum karena secara umum bentuk dan warna hampir sama semuanya dan cara parkirnya ditumpuk tumpuk atau disandarkan ke sepeda disebelahnya. Sehingga banyak sekali pemilik sepeda yang berdarah tinggi melemparkan sepeda sepeda yang menghalangi sepedanya kedalam sungai. Sangat bisa dimengerti kenapa banyak sekali pemilik sepeda di Belanda yang suka marah dan melemparkan sepeda sepeda lain kedalam sungai hanya untuk mengambil sepedanya yang kejepit.
Maling sepeda saya tidak pernah melihat di Belanda, tetapi sepeda sepeda semuanya dikunci dan bahkan ada yang pakai rantai kapal yang besar sekali. Sepeda sepeda ini dirantai ke tiang listrik atau pagar dengan rantai dan kunci gembok yang besar. Saya kira untuk mencegah dicuri maling, eh ternyata alasannya sepele saja, kalau tidak dikunci sepeda akan dilempar pemilik sepeda lain ke sungai atau ke jalan raya dan tempat parkir strategis yang ditempati sepeda tadi akan ditempati oleh pemilik sepeda lain yang berani melempar ke sungai/jalan raya tadi.
Hukum rimba memperebutkan tempat parkir atau lebih tepatnya memperebutkan tiang atau pagar untuk nggembok sepeda berlaku di semua negeri sepeda diatas, itulah sebabnya saya tidak setuju promosi promosi “B2W (Bike2Work)”, “Komunitas Sepeda Onthel” atau klub sepeda lain di Indonesia yang ingin menjadikan sepeda sebagai solusi kemacetan jalan di Jakarta. Kemringet…..karena beda iklim dengan negeri
 sepeda diatas.